FENOMENA BRUTAL
Sebuah berita tragis dan sangat kejam, bahkan sangat brutal dan tidak berkemanusiaan, yang beredar di media sosial beberapa minggu terkahir ini mencerminkan kedangkalan rasa hati dan kebutaan logika bagi sebuah instansi besar dari negara yang menamakan diri pengayom, penjaga, penbela dan pertahanan masyarakat bangsa dan negara, yakni tentara membunuh tentara, tentara senior membunuh tentara junior, tentara seleting membunuh teman.
Ironis dan sangat memprihatinkan bahkan tak terduga perlakuan pihak tentara ini, karena sebuah tindakan kejam hingga menghilangkan nyawa, tetapi itulah fakta yang ada dan kini beredar luas di media sosial dan menjadi konsumsi yang sungguh amat pahit dikalangan masyarakat. Ketika dicium, baunya busuk dan menyengat hidung, ketika diminum dan dimakan rasanya pahit dan ingin memuntahkan semuanya. Itulah berita tentara membunuh tentara. Maunya telan tapi pahit dimulut dan sesak dikerongkongan. Maunya merangkul tapi tertikam ditubuh. Perlakuan tentara yang mengatasnamakan anak bangsa yang bertugas menjaga nilai hak asasi manusia, menjatuh runtuh bersama instansi yang bernama militer. Sebuah perlakuan atau tindakan yang mempertontonkan rendahnya hak hidup dan hak asasi manusia, rendahnya kualitas diri sebagai seorang tentara, rendahnya rasa hati dan kedangkalan logika untuk berpikir dalam diri para pembunuh. Itulah tentara membunuh tentara, yang kini sedang viral dan menjadi bahan diskusi ramai dikalangan masyarakat.
Tindakan kriminal sekejam ini sering dan bahkan selalu muncul di permukaan hidup manusia, karena sudah beberapa kejadian yang telah berlalu; antara lain sempat viral juga polisi membunuh polisi. Cerita dan kisahnya hampir mirip dan bahkan fotocopy karena membunuh dengan cara yang sadis dan tragis yakni penganiayaan.
Apakah tindakan penganiayaan ini adalah bagian yang melekat erat dalam diri polisi dan tentara? Ataukah ada aturan kemiliteran yang mengatur anggotanya harus berbuat demikian? Ini adalah pertanyaan saya yang bodoh dan konyol ketika berhadapan dengan sebuah nilai tentang hidup manusia.
Perlakuan polisi membunuh polisi dan tentara membunuh tentara adalah perlakuan yang tidak berprikemanusiaan, yang ditelan rasanya pahit, dipikirkan rasanya tak waras dan dibiarkan akhirnya membrutal. Kesejam itukah dirimu wahai polisi? Sekejam itukan dirimu wahai tentara? Coba tolong berdiri didepan cermin dan lihatlah dirimu dan bertanya siapakah aku seorang polisi dan siapakah aku seorang tentara? Karena hanya dengan bercermin diri, anda akan mengetahui dan mengenal dengan baik siapa diri anda dan apa tugas anda? Ketika ini sudah dilakukan maka membunuh dibalas dengan membunuh akan menjadi mahal harganya, penganiayaam dibalas penganiayaan menjadi sulit untuk dilakukan.
Harga nilai hak hidup manusia tak bisa diambil dengan penganiayaan yang berakhir kematian, nafas hidup yang mengendap dalam raga manusia tak bisa dihilangkan dengan membunuh secara brutal. Tetapi ini hanyalah kata-kata penghiburan tak bernilai yang menamakan diri nasihat hidup, tapi pada kenyataanya tentara telah membunuh tentara dan polisi telah membunuh polisi. Itu ada dan fakta. Dan ketika yang dibunuh itu hilang dari bumi, sedangkan yang membunuh menghadap aturan tanpa harus hilang dari bumi. Bemarkah? Mungkin juga.. Karena ada hukum yang mengatur dengan latar semau gue.... Berita tentang tentara membunuh tentara tetap saja menjadi diskusi hangat karena nilai atau hak hidup seseorang di cabut atau dihilangkam dengan cara yang tidak berhatinurani, cara yang tidak beralaskan rasa cinta kasih. Ternyata polisi dan tentara mereka itu orang punya KTP yang memiliki agama katolk, protestan, islam, hindu, budha dan lain-lain, tetapi perlakuan brutal. Kalau saja seperti ini maka untuk mereka KTP tidak boleh memuat identitas tentang agama. Toh beragama tapi membunuh, toh sembayang dan doa tapi menganiaya yang berakibat nyawa hilang. (Alfons H)
Komentar
Posting Komentar