RENDAH HATI DAN BERSIKAP HORMAT

Sirakh: 3:19-21,30-31
Luk. 14:1,7-14

Kitab Putra Sirakh dalam nubuatnya mengemukakan nilai dan dasar hidup yang baik dan benar dalam kehidupan bersama sebagai putera-puteri Allah dihadapan Tuhan dan sesama. Anakku, lakukanlah pekerjaanmu dengan sikap sopan, maka engkau akan lebih disayangi daripada orang yang ramah tamah. Makin besar engkau, patutlah makin kau rendahkan dirimu, supaya engkau mendapatkan karunia dihadapan Tuhan. Sebab besarlah kekuasaan Tuhan dan oleh yang hina dina Ia hormati. Hati yang arif adalah hati yang menerima sabda Tuhan dan menchayatinya secara baik dan benar dalam hidup. Telinga yang pandai mendengar adalah telinga yang mampu mendengarkan suara Tuhan dan suara sesama. Mulut yang bijak dan sopan adalah mulut yang berbicara tentang kebaikan dan cinta kasih Tuhan dan cinta kasih pada sesama. Dan mata yang tajam adalah mata yang mampu melihat keadaan dan nasib sesama dan mampu melihat Tuhan dalam kesaksian tentang kebaikan dan kebenaran-Nya, dan diri yang rendah hati adalah diri yang tidak sombong dan angkuh dihadapan Tuhan dan sesama. Demikianlah nubuat Putra Sirakh tentang nilai dan dasar hidup manusia dalam setiap perjumpaan dan kebersamaan. Perjumpaan yang menghangatkan adalah perjumpaan yang membawa sukacita, damai, saling menerima, saling mendukung dan saling membangkitkan rasa cinta dan kasih. 
selanjutnya dalam Injil Lukas ditemukan ajaran dan nasihat Yesus tentang sikap rendah hati dan rasa hormat pada Tuhan dan sesama. Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan. Yesus mengatakan hal ini ketika Ia pergi kerumah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi yang mengadakan pesta dan mengundang para tamu untuk makan bersama dirumahnya. Melihat para tamu yang berusaha menduduki tempat kehormatan, Yesus lalu mengatakan hal atau perumpamaan ini. Kalau engkau diundang ke pesta, janganlah duduk ditempat kehormatan, sebab mungkin ada undangan yang lebih terhormat daripadamu. Jangan-jangan orang yang mengundang engkau dan tamu itu datang dan berkata kepadamu, berikanlah tempat itu kepada orang ini. Lalu engkau dengan rasa malu pergi pindah ketempat yang paling rendah. Tetapi apabila engkau diundang, duduklah ditempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu, sahabat, silakan duduk didepan. Dengan demikian engkau akan mendapat kehormatan dimata tamu yang lain. Inilah nasihat Yesus yang menjadi inspirasi terindah bagi kita sekalian. 
Beberapa makna yang terkandung dalam uangkapan atau ajaran Yesus tentang Barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan dan barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan:

1. Perikop ini menekankan kerendahan hati sebagai nilai utama ketika berelasi dengan sesama, sekaligus memperingatkan kita akan kesombongan dan keangkuhan diri. Yesus mengajarkan bahwa orang yang sadar akan keterbatasan dirinya, tidak mencari pujian manusia dan hidup dengan kerendahan hati akan dimuliakan Allah. Kerendahan hati dalam konteks relasi dengan Tuhan adalah sikap yang mengakui Tuhan lebih besar dari segala sesuatu dan bahwa hidup kita sangat bergantung pada Tuhan. Sedangkan kerendahan hati dalam konteks relasi dengan sesama adalah tidak sombong dan angkuh dihadapan sesama, sikap yang mampu menempatkan sesama dalam tataran yang sederajat, menempatkan sesama sebagai pribadi yang senantiasa menjadi bagian dari diri kita. 

2. Peringatan terhadap sikap sombong dan angkuh. Orang yang meninggikan diri adalah mereka yang merasa diri lebih hebat, lebih pandai, lebih dan lebih terhornat dari orang lain, bertindak dengan mencari kehornatan dan pujian, merasa diri lebih terhormat. 

3. Paradoks kerajaan Allah.
Dalam banyak ajaran-Nya, Yesus sering membalikan logika manusia, seperti kata Yesus, ketika orang menampar pipimu yang kiri, berikan juga pipimu yang kanan; mereka yang terakhir akan menjadi yang pertama dan yang pertama akan menjadi yang terakhir; ketika disuruh berjalan sejauh satu mil maka berjalanlah sejauh dua mil; ketika orang memusuhi kita maka kita harus mendoakan mereka. Ini ajaran Yesus yang seringkali berlawanan dengan sikap dan tindakan kita manusia. 

4. Panggilan menjadi pelayan.
Perikop ini menekankan juga sikap melayani sesama dan Tuhan. Salah satu tanda atau sikap kerendahan hati yang paling nyata adalah menjadi pelayan. Dengan menjadi pelayan bagi Tuhan dan sesama berarti kita tidak menjadi angkuh dan sombong. 

5. Panggilan untuk mengikuti teladan Yesus.
Yesus sendiri menjadi teladan utama kerendahan hati. Dalam Filipus 2:5-11 dijelaskan bagaimana Yesus merendahkan diri dengan mengambil rupa seorang hamba, taat sampai mati dikayu salib. Karena ketaatan inilah Allah sangat meninggikan DIA. 
Demikianlah beberapa makna dari ajaran Yesus dalam perikop diatas. Selanjutnya diakhir cerita dari injil lukas, Yesus juga mengajarkan cinta kasih dan perhatian bagi kaum lemah dan kecil dalam hidup. Yesus mengajarkan hukum cinta kasih dan sikap peduli dan perhatian bagi mereka yang lemah, miskin (kaum marginal), mereka yang serba berkekurangan dan yang diasingkan. Apabila engkau mengadakan perjamuan siang ataupun malam, janganlah hanya mengundang sabahat-sahabatmu, saudaramu, kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula, dan dengan demikian engkau akan mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta. Dan engkau akan berbahagia karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalas engkau. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar. Ajaran Yesus ini adalah sebuah ajakan dan menjadi patokan bagi kita untuk tidak memandang rendah orang-orang miskin, cacat, buta dan lemah; kita tidak merasa beban dengan kehadiran orang-orang seperti ini, melainkan mengajak kita untuk melayani dan memberi perhatian yang penuh cinta kasih. (Alfons H). 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TERIMA KASIH UNTUKMU

MISA DI KAPELA MARITAING

PELANTIKAN THS THM RANTING SAYORA