MENULIS TANPA ISI

MENULIS TANPA ISI itulah yang harus ku buat saban hari walau saya sendiri tidak mengerti dan tidak memahami apa yang ditulis. Saya lakukan saja seolah saya bodoh dan masih dalam taraf menulis seperti anak TKK, sekedar memcakar bebas diatas sebuah lembaran kertas yang putih dan polos blm ada sesuatu coretan apapun  didalamnya. Selembar kertas saya letakan diatas meja tepat didepanku, dan saya ambil sebuah pena lalu ku coba menarikan pena itu diatas lenbaran putih dan polos itu. Tarian pena kubuat sedemikian rupa sehingga bisa menghasilkan sesuatu tetapi hasilnya itu saya sendiri tidak mengerti dan bahkan jauh dari apa yg saya bayangkan dan seharusnya saya impikan. Pena terus ku menarikan dia diatas lembaran itu kesana dan kemari tapi tetap saja tidak ada hasil yang bisa ku paham dan ku mengerti. Ternyata saya sedang menulis sesuatu yang tidak punya isi apa-apa untukku.

Walau tidak ada isi atau bahkan ada isi tapi tentang apa, saya sediri tidak tahu, tetap saja ku tulis. Menulis tanpa isi berkali-berkali tapi tetap saja saya menulis dan terus menulis, mungkin satu saat diatas lembaran kertas yang ku tulis itu punya makna atau punya isi sesuatu yang sungguh bermakna dan punya nilai lebih untuk saya. 
Setelah sekian menit saya baru menyadari bahwa penaku menari sampai diujung paling bawa lembaran itu, dan coba saya lihat kembali tulisan itu ternyata tidak punya makna atau isi dari tarian pena sepanjang beberapa menit yang berlalu. 
Aku bodoh? Mungkin.... aku tidak pandai menulis? Pasti saja..... tidak tau cara menulis yang baik? Bisa saja ya..... ini pertanyaan tentang saya tapi apa yang tadi ditulis belum saja dipahami? Kalai begitu jangan menulis, tapi membacalah.... Menulis yang baik bukan saja dari cara orang memahami sesuatu itu dengan baik, atau bukan saja dari sebuah kebiasaan menulis, bukan juga karena pekerjaan sebagai penulis, tetapi karena orang itu punya banyak buku dan punya banyak waktu untuk membaca. Punya buku dan punya waktu membaca? Iya harus punya buku dan punya waktu membaca, karena dua hal ini bisa membuat orang pandai menulis dan menulis dengan makna atau isi bukan menulis tanpa makna atau isi.
Punya buku dan punya waktu membaca menjadi referensi utama bagi setiap penulis atau orang yang mau menulis dan menulis itu bermakna. Menulis tanpa isi atau tanpa makna karena minim atau bahkan tidak membaca dengan baik, bisa juga karena tidak punya buku dan tidak punya waktu membaca. Teruslah membaca, satu waktu pasti menulis punya isi atau makna, teruslah membaca, satu waktu bisa memahami dunia, teruslah membaca, satu waktu punya banyak ide untuk orang lain yang bisa disalurkan atau dibagikan lewat sebuah tulisan. Tetaplah dan teruslah menulis walau tanpa isi, satu waktu pasti jadi seorang penulis, dan lebih dari itu penulis yang baik.(Alfons H)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TERIMA KASIH UNTUKMU

PELANTIKAN THS THM RANTING SAYORA

RUMAH MAKAN BERGIZI GRATIS DI SIDONGKOMANG-ALOR