MINGGU ADVEN I (TAHUN 2025)
Teks;
Yesaya 2:1-5
Matius 24:37-44
Nubuat Yesaya menghadirkan gambaran yang begitu agung tentang masa depan umat Allah,: suatu zaman ketika gunung rumah Tuhan akan berdiri tegak, menjadi pusat perhatian dan tumpuan bangsa-bangsa. Manusia dari segala penjuru akan datang bukan untuk berperang tetapi untuk mencari pengajaran Tuhan. Gambaran itu sangat kontras dengan realitas dunia yang sering kita temui dalam kehidupan; penuh konflik, persaingan dan ketidakpastian. Namun Yesaya menegaskan bahwa suatu hari kelak, pedang akan ditempa menjadi mata bajak dan tombak akan menjadi pisau pemangkas. Artinya apa yang biasanya digunakan untuk menghancurkan akan diubah menjadi alat untuk membangun dan memberi kehidupan.
Visi damai ini bukan sekedar mimpi utopis, itu adalah sebuah undangan bagi umat Tuhan untuk mulai hidup sesuai terang-Nya. Dalam ayat ke-5 menjadi seruan penting "Hai kaum keturunan Yakob, marilah kita berjalan di dalam terang Tuhan". Ditengah dunia yang mungkin belum memantulkan damai itu secara penuh, umat Tuhan dipanggil menjadi saksi, pembawa terang dan pelaku damai yang menubuatkan realitas masa depan Allah dalam kehidupan sehari-hari.
Namun ketika Yesaya memberi visi tentang masa depan yang penuh damai, Yesus dalam Matius 24;37-44 memberikan peringatan serius tentang sifak tak terduga dari kedatangan-Nya kembali. Yesus membandingkan keadaan itu dengan zaman Nuh, masyarakat yang hidup seperti biasa; bekerja, makan-minum dan urusan jasmani lainnya tanpa menyadari bahwa bahaya dan perubahan besar akan datang. Yang ditekan Yesus bukanlah ketakutan melainkan kewaspadaan. Kata Yesus, "Sebab itu berjagalah sebab anak manusia datang pada saat yang tidak kamu duga".
Jika Yesaya mengarahkan kita untuk berjalan dalam terang, maka Yesus memperingatkan dan mengajak kita untuk berjaga dalam terang. Berjalan dalam terang Tuhan berarti hidup dengan kesadaran spiritual, kepekaan terhadap kehendak Allah dan kesediaan dibentuk oleh ajaran-Nya. Sementara itu berjaga berarti hidup dalam kewaspadaan, keseriusan iman, dan kesiapan untuk menyambut kedatangan Tuhan kapan saja.
Dalam dunia modern, kita mungkin tidak sedang membangun bahtera seperti Nuh atau melihat pedang ditempa menjadi mata bajak secara harafiah. Namun kita tiap hari dihadapkan pada pilihan apakah kita hidup dengan perhatian terhadap suara Tuhan atau justru larut dalam rutinitas harian yang kian menuntut sehingga kita kehilangan arah dan kehilangan kekuatan? Apakah kita menggunakan "pedang" dalam bentuk sikap, kata-kata dan tindakan yang menyakiti ataukah kita membiarkan Tuhan menempah menjadi alat yang membawa damai dan terang bagi sesama? Yesaya memberi kita visi masa depan yang penuh damai. Yesus mengingatkan bahwa masa depan itu mendekat tanpa tanda pasti. Kedua pesan itu mengarahkan kita pada tindakan masa kini; hidup dalam terang, hidup dalam keseriusan iman, hidup dalam kewaspadaan, hidup dengan memandang Tuhan sebagai puncak harapan dan sumber kekuatan bagi semua yang percaya sungguh dalam hidup. Kita sekalian membiarkan diri ditempa oleh Tuhan sehingga seperti pedang ditempa menjadi mata baja dan tombak diubah menjadi pisau pemangkas. Artinya biarkan diri ditempa oleh Tuhan sehingga nilai kebaikan, cinta kasih dan kebenaran senantiasa hidup dalam keseharian kita. Tuhan harus ditempatkan seperti dalam refleksi atau nubuat Yesaya, yakni sebagai Gunung yang menjulang tinggi, yang akan dilihat oleh semua orang yang datang dan berjalan bersama DIA. (Alfons H)
Komentar
Posting Komentar