MINGGU ADVEN IV (TAHUN 2025)
Yes. 7:10-14
Mat. 1:18-24
Berabad-abad kemudian janji ini memenuhi penggenapannya dalam kisah kelahiran Tuhan Yesus. Maria mengandung dari kuasa Roh Kudus, sebuah peristiwa yang terjadi diluar jangkauan pemahaman logika manusia. Yusuf tunangannya berada dalam pergumulan bathin yang besar. Sebagai seorang yang benar, ia tidak ingin mempermalukan Maria, tetapi sebagai manusia ia pasti diliputi kebingungan, kekecewaan dan rasa takut. Disinilah iman Yusuf diuji. Allah berbicara kepadanya melalui mimpi dan menyatakan bahwa apa yang terjadi adalah pekerjaan Roh Kudus serta mengingatkan bahwa anak itu adalah penggenapan nubuat: Imanuel, yang berarti Allah beserta umat-Nya. Pembicaraan Allah dalam mimpi ini membuat Yusuf berada pada dua pilihan yakni mengikuti pemahaman sebagai manusia dan norma yang berlaku atau percaya akan firman dan penyelenggaraan Allah yang mau menyelamatkan manusia dengan memakai manusia sebagai tempat Ia hadir di dunia. Yusuf akhirnya memutuskan untuk bersama Maria dengan menerima semua yang terjadi atas diri Maria dan atas karya agung Allah.
Ketaatan Yusuf inilah menjadi teladan iman yang sejati. Dalam kebingungan, kekecewaan dan rasa takut, ia memberanikan diri dan mengikuti apa yang Allah kehendaki dalam dirinya. Ia tidak berbicara banyak, tidak meminta penjelasan terperinci atas peristiwa yang dialami Maria, ia tidak meminta suatu tanda nyata dari Allah. Ia bangun dari tidur dan bergegas menuju Maria, menerima, mendampingi dan bersama Maria menjalani hidup. Iman Yusuf adalah iman yang bergerak dalam ketaatan dan kesetiaan sejati walau harus menanggung resiko sosial, rasa malu dan ketidakpastian tentang masa depan. Yusuf adalah gambaran manusia yang berserah diri secara total pada kehendak dan penyelenggaraan Allah walau ada tantangan dan resiko yang harus ditanggung.
Dari dua teks bacaan ini, kita memahami dan belajar bahwa iman seringkali berarti mempercayai Allah secara sungguh ketika sedang mengalami keadaan yang tidak masuk akal secara manusia. Dalam konteks Imanuel, kita memahami bahwa Allah yang sama selalu hadir dalam setiap moment atau pengalaman manusia baik secara suka maupun secara duka.
Seringkali kita ingin dan bahkan memaksa Allah bekerja sesuai dengan keinginan atau keadaan kita. Kita menginginkan satu tanda yang jelas, solusi yang tepat dan jalan yang nyaman. Namun Allah bekerja melalui jalan yang sederhana, lewat cara yang sulit dipahami secara logika dan dalam situasi yang sangat tidak memungkinkan: seorang bayi lahir dari keluarga yang tidak sempurna, dalam keadaan dan tempat yang tidak layak, dalam situasi yang menegangkan, dan ditempat yang yang kumul dan reyot. Tetapi disinilah Allah menunjukan bahwa kekuatan dan penyertaan Allah dinyatakan bukan dalam kemegahan dan kemewahan tetapi dalam kehadiran-Nya yang nyata dan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik dan lebih berarti.
Maka sesungguhnya iman kristen bukanlah iman tanpa pertanyaan, tetapi iman yang memilih untuk percaya ditengah pertanyaan. Imanuel mengingatkan kita bahwa Allah tidak hanya memberi janji dari kejauhan, tetapi janji yang nyata dan dekat serta datang dan tinggal bersama manusia. Dinilah penggenapan nubuat para Nabi, bahwa Allah adalah yang mahakuasa tetapi sungguh dekat dan bersama manusia dalam setiap kisah atau pengalman hidup manusia. Dan penggenapan nubuat ini ada dalam diri Yesus Tuhan kita, yang datang dan tinggal bersama manusia, masuk dalam sejarah manusia, ikut mengalami penderitaan atau pengalaman manusia dalam ruang dan waktu. (Alfons H).
Komentar
Posting Komentar